BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
PERMASALAHAN
Islam
hadir di Benua Asia tepatnya dibagian Asia Tenggara melalui tiga cara yaitu :
1.
Melalui
dakwah oleh para pedagang Muslim dalam alur perdagangan yang damai
2.
Melalui
dakwah para dai dan orang-orang suci yang datang dari India atau Arab yang
sengaja ingin mengislamkan orang-orang kafir
3.
Melalui
kekuasan atau peperangan dengan negara-negara penyembah berhala.
Kedatangan Islam di tanah Papua,
sesungguhnya sudah sangat lama. Islam datang ke sana melalui jalur-jalur
perdagangan sebagaimana di kawasan lain di nusantara.
Masa antara abad XIV-XV memiliki arti
penting dalam sejarah kebudayaan Nusantara, di mana pada saat itu ditandai
hegemoni Majapahit sebagai Kerajaan Hindu-Budha mulai pudar. Se-zaman dengan
itu, muncul jaman baru yang ditandai penyebaran Islam melalui jalar perdagangan
Nusantara.
Melalui jalur damai perdagangan itulah,
Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua. Kala itu penyebaran
Islam masih relatif terbatas di kota-kota pelabuhan. Para pedagang dan ulama
menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-tempat baru.
Islam ke Papua, tidak bisa dilepaskan
dengan jalur dan hubungan daerah ini dengan daerah lain di Indonesia. Selain
faktor pengaruh kekuasaan Kerajaan Majapahit, masuknya Islam ke kawasan ini
adalah lewat Maluku, di mana pada masa itu terdapat kerajaan Islam berpengaruh
di kawasan Indonesia Timur, yakni kerajaan Bacan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana latar belakang lahirnya setiap
kerajaan Islam di Papua ?
2. Bagaimana proses masuknya Islam pada
kerajaan-kerajaan Islam di Papua ?
3. Bagaimana pengaruh Islam pada
kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Papua ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami
latar belakang lahirnya setiap kerajaan Islam di Papua.
2. Mempelajari
proses masuknya Islam pada kerajaan-kerajaan Islam di Papua.
3. Mengetahui
pengaruh Islam pada kerajaan-kerajaan Islam di Papua.
D. MANFAAT PENULISAN
berbicara
tentang Islam di tanah Cendrawasih memang cukup menarik, sebab orang tidak akan
heran jika dikatakan Papua identik dengan Non Muslim. Islam sendiri adalah
agama ketiga setelah Kristen dan Katolik, selain itu beberapa suku juga masih
memeluk agama asli, seperti Suku Marind yang masih juga melaksanakan ritual
agama adat Marind. Populasi masyarakat Muslim di Papua cukup
besar. Kabupaten Merauke, contohnya, masyarakat muslim adalah mayoritas.
Di beberapa kabupaten lain, seperti Raja Empat, Fak-fak, Kaimana
jumlah pemeluk agama Islam pun cukup besar.
Oleh karena itu, kami sebagai penyusun
sangat menarik mencari data dan informasi tentang keberadaan Islam di Papua
terutama pada masa kerajaan-kerajaan Islam di yang berada di Papua.
Penyusunan makalah tentang Kerajaan Islam
di Papua juga bermanfaat untuk menebus anggapan dari sekian banyak orang yaitu
Ada tiga kesalahan orang memandang Papua :
a.
Papua
identik dengan koteka (Koteka adalah pakaian adat Papua yang bertentangan
dengan masalah aurat dalam ajaran Islam)
b.
Papua
hanya orang-orang primitiv
c.
Papua
Identik dengan Non Muslim.
BAB II
PEMBAHASAN
LATAR BELAKANG, PROSES MASUKNYA ISLAM DAN PENGARUH ISLAM PADA
KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI PAPUA
A. Kerajaan Waigeo,
Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati dan Kerajaan Sailolof.
Pembahasan mengenai 4 (Empat) kerjaan Islam di Papua tersebut
karena sumber-sumber yang kami baca dan pelajari bahwa keempat kerajaan Islam
tersebut merupakan adalah :
1.
Merupakan wilayah kekuasaan
kerjaan-kerajaan Islam dari Maluku
2.
Merupakan kerajaan-kerajaan
yang memperoleh pengaruh dari kerajaan-kerajaan yang berada di Maluku.
Penjelasan
tentang keempat kerajaan tersebut kami temui secara kolektif tanpa
terpisah-pisah atau dibahas satu-persatu, baik latar belakang lahirnya setiap
kerajaan tersebut maupun proses keislamannya.
1. Latar Belakang Lahirnya Kerajaan Waigeo, Kerajaan
Misool, Kerajaan Salawati dan Kerajaan Sailolof.
Sejak abad ke-16, selain di Kepulauan
Raja Ampat yang termasuk wilayah kekuasaan Sultan Bacan dan Sultan Ternate, kawasan lain di Papua yaitu daerah pesisir Papua dari
pulau Biak (serta daerah sebaran orang Biak) sampai Mimika merupakan bagian
dari wilayah mandala Kesultanan Tidore, sebuah kerajaan besar yang berdekatan
dengan wilayah Papua. Tidore menganut adat Uli-Siwa (Persekutuan Sembilan),
sehingga propinsi-propinsi Tidore seperti Biak, Fakfak dan sebagainya juga
dibagi dalam sembilan distrik (pertuanan).
Berdasarkan sejarah, di Kepulauan Raja
Ampat terdapat empat kerajaan tradisional, masing-masing adalah kerajaan
Waigeo, dengan pusat kekuasaannya di Wewayai, pulau Waigeo; kerajaan Salawati,
dengan pusat kekuasaan di Samate, pulau Salawati Utara; kerajaan Sailolof dengan
pusat kekuasaan di Sailolof, pulau Salawati Selatan, dan kerajaan Misool,
dengan pusat kekuasaan di Lilinta, pulau Misol. Penguasa Kerajaan Lilinta/Misol
(sejak abad ke-16 bawahan kerajaan Bacan).
2. Proses Masuknya Islam
di Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati dan Kerajaan Sailolof.
Islamisasi di Papua, khususnya di Fakfak
dikembangkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui Banda dan Seram Timur oleh
seorang pedagang dari Arab bernama Haweten Attamimi yang telah lama menetap di
Ambon. Proses pengislamannya dilakukan dengan cara khitanan. Di bawah ancaman
penduduk setempat jika orang yang disunat mati, kedua mubaligh akan dibunuh,
namun akhirnya mereka berhasil dalam khitanan tersebut kemudian penduduk
setempat berduyun-duyun masuk agama Islam.
Islam di Papua berasal dari Bacan. Pada
masa pemerintahan Sultan Mohammad al-Bakir, Kesultanan Bacan mencanangkan syiar
Islam ke seluruh penjuru negeri, seperti Sulawesi, Fiilipina, Kalimantan, Nusa
Tenggara, Jawa dan Papua. Menurut Thomas Arnold, Raja Bacan yang pertama kali
masuk Islam adalah Zainal Abidin yang memerintah tahun 1521.
Pada masa ini Bacan telah menguasai
suku-suku di Papua serta pulaupulau di sebelah barat lautnya, seperti Waigeo,
Misool, Waigama, dan Salawati. Sultan Bacan kemudian meluaskan kekuasaannya
hingga ke semenanjung Onin Fakfak, di barat laut Papua tahun 1606. Melalui
pengaruhnya dan para pedagang muslim, para pemuka masyarakat di pulau-pulau
kecil itu lalu memeluk agama Islam. Meskipun pesisir menganut agama Islam,
sebagian besar penduduk asli di pedalaman masih tetap menganut animisme.
Secara geografis tanah Papua memiliki
kedekatan relasi etnik dan kebudayaan dengan Maluku. Dalam hal ini Fakfak
memiliki kedekatan dengan Maluku Tengah, Tenggara dan Selatan, sedangkan dengan
Raja Ampat memiliki kedekatan dengan Maluku Utara. Oleh karena itu, dalam
membahas sejarah masuknya Islam ke Fakfak kedua alur komunikasi dan relasi ini
perlu ditelusuri mengingat warga masyarakat baik di Semenanjung Onim Fakfak
maupun Raja Ampat di Sorong, keduanya telah lama menjadi wilayah ajang
perebutan pengaruh kekuasaan antara dua buah kesultanan atau kerajaan besar di
Maluku Utara (Kesultanan Ternate dan Tidore). Nampaknya historiografi Papua
memperlihatkan bahwa yang terakhir inilah (Kesultanan Tidore) yang lebih besar
dominasinya di pesisir pantai kepulauan Raja Ampat dan Semenajung Onim Fakfak.
Di Kepulauan Raja Empat sendiri terdapat
beberapa Distrik Kerajaan-Kerajaan Islam yaitu :
a.
Kerajaan Namatota
Dari silsilah Raja Namatota diketahui
bahwa Raja Namatota pertama yakni Ulan Tua, telah memeluk Islam hingga sekarang
diketahui merupakan generasi kelima. Lamarora merupakan raja kedua kerajaan
Namatota diperkirakan hidup pada tahun 1778-1884. Raja Lamarora selanjutnya
datang ke daerah Kokas dan disana beliau telah menyebarkan agama Islam dan
kawin dengan perempuan bernama Kofiah Batta, selanjutnya pasangan ini merupakan
cikal-bakal Raja-raja Wertuar. Salah seorang Raja Wertual (Kokas) bernama M.
Rumandeng al-Amin Umar Sekar 1934, dengan gigih pernah menentang pemerintah
Belanda dengan tidak mau menyetor uang tambang minyak kepada mereka. Akibatnya
dia dipenjara di Hollandia (Jayapura) sebelum kemudian dibebaskan.
b.
Kerajaan Komisi
Seorang Putera Mahkota Raja Komisi
bernama Hakim Achmad Aituararauw .menyebutkan bahwa kerajaan Islam pertama
didirikan di Pulau Adi pada tahun 1626 dengan nama Eraam Moon, yang diambil
dari bahasa Adi Jaya yang artinya “Tanah Haram”. Raja pertamanya bernama Woran.
Namun jauh sebelumnya pada abad ke XV (1460-1541) penguasa pertama di pulau
Adi, Ade Aria Way, telah menerima Islam yang dibawa oleh Syarif Muaz yang
mendapat gelar Syekh Jubah Biru, yang menyebarkan Islam di utara dan kawasan
itu. Namun sambutan positif lebih banyak diterima di pulau Adi dalam hal ini di
daerah kekuasaan Ade Aria Way. Setelah masuk Islam Ade Aria Way berganti nama
menjadi Samai. Kemudian Samai mencatat bahwa pada tahun 1760 Ndovin yang
merupakan generasi kelima dari Samai mendirikan kerajaan Kaimana dan bertahta
di sana dengan gelar Rat Umis As Tuararauw yang kemudian dikenal dengan nama
Raja Komisi
c.
Kerajaan Fatagar
Keterangan yang diperoleh dari Raja
Fatagar, Arpobi Uswanas 1997, menceritakan bahwa Fatagar I yaitu Tewal,
diperkirakan hidup pada tahun 1724-1814. Raja Tewal bertahta di daerah Tubir
Seram, yang hijrah dari Rumbati (daerah Was). Pada saat kerajaan Fatagar masih
di Rumbati, disana Islam sudah ada dan berkembang dengan ditemukannya
puing-puing bekas reruntuhan masjid. Itu berarti Islam sudah masuk di daerah
Rumbati sebelum tahun 1724. Sementara itu, berdasarkan keterangan Raja Rumbati
ke 16, H. Ibrahim Bauw 1986, bahwa Islam masuk di Was pada tahun 1506 melalui
perang besar antara Armada Kesultanan Tidore yang dipimpin Arfan dengan
Kerajaan Rumbati.
d.
Kerajaan Ati-Ati
Di Kabupaten Fakfak pada masa awal
masuknya agama Islam ada empat raja yang berkuasa diantaranya Raja Ati-ati,
Ugar, Kapiar dan Namatota (sekarang masuk dalam wilayah kabupaten Kaimana).
Masing-masing raja tersebut mendirikan mesjid dan mesjid tersebut yang
digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam. Akan tetapi mesjid yang
didirikan oleh raja Ati-ati pada saat itu pada umumnya terbuat dari kayu
sehingga tidak bisa lagi ditemukan wujud maupun sisa-sisanya. Satu-satunya
mesjid yang ditunjukkan oleh keturunan Raja Ati-ati adalah mesjid Werpigan yang
dibangun pada tahun 1931 oleh Raja ke-9.
e.
Kerajaan Rumbati
Salah satu raja mantan raja dari kerajaan
Rumbati adalah Patipi. Beliau sudah memerintah sejak lama. Beliau dikenal
karena keinginannya memperkenalkan dan membawa Islam kepada orang-orang
disekitarnya. Keberadaan dinasti raja ini adalah dinasti kedua yang mana pernah
memerintah di Patipi
f.
Kerajaan Pattipi
Masuknya Islam di Papua, khususnya di
Teluk Patipi, memiliki keterkaitan dengan masuknya agama Islam di Papua. Masuknya
Islam di tanah Papua terdiri dari tujuh versi, yaitu versi orang Papua, Aceh,
Arab, Jawa, Banda, Bacan, serta versi Tidore dan Ternate. Masing masing dengan
argumentasinya yang berbeda-beda. Menurut orang asli Papua Fakfak, yang masih
kuat dengan adat dan legendanya, Islam bukan dibawa dan disebarkan oleh
Kerajaan Tidore, Arab, Jawa, atau Sulawesi. Akan tetapi, Islam sudah berada di
Pulau Papua sejak pulau ini diciptakan oleh Tuhan.
g.
Kerajaan Sekar
Informasi atau tentang situs-situs khusus
Kerajaan Sekar sulit diperoleh, namun dapat diyakini bahwa Kerajaan Sekar
merupakan salah satu kerajaan dari 9 kerajaan Islam yang berada di Kepulauan
Raja Empat.
h.
KerajaanWertuar
Raja Wetuar ke X yakni Musa Haremba,
bahwa Raja pertama Wertuar adalah Vijao. Penduduk meyakini bahwa asal muasal
Raja Vijao ini dari cahaya, sedang Raja kedua bernama Ukir. Selanjutnya Raja
ketiga bernama Winey yang beristrikan Boko Kopao dari Namatoria. Dari susunan
Raja-raja Wertuar, yang dilantik Sultan Tidore adalah Raja ketujuh yakni Lakate
pada tahun 1886. Namun pendapat lain mengatakan bahwa yang dilantik adalah Raja
Wertuar keenam, yakni Sanempe. Hubungan Lakate dengan Sanempe adalah hubungan
saudara dan bukan hubungan bapak anak, yang berarti mereka hidup dalam satu
zaman. • Terlepas dari siapa yang dilantik dari kedua raja tersebut, kedua
sumber tadi menjelaskan bahwa Raja Wertuar tersebut dilantik oleh Sultan Tidore
yang bernama Muhammamd taher Alting pada tahun 1886 di Karek, Sekar Lama. Turut
hadir dalam peristiwa pelantikan adalah Raja Rumbati, Abdul Jalil, dan Raja
Misool Abdul Majid.
i.
Kerajaan Arguni.
Di Semenanjung Onin terdapat tiga
kerajaan tradisional, yaitu kerajaan Rumbati, kerajaan Fatagar, dan kerajaan Atiati.
Di samping tiga kerajaan tersebut di atas ada pula beberapa kerajaan lain yaitu kerajaan-kerajaan yang pada mulanya berada di bawah kekuasaan kerajaan Rumbati, tetapi kemudian berhasil memperoleh pengakuan sebagai kerajaan tersendiri terutama pada masa awai pax neerlandica (1898).
Di samping tiga kerajaan tersebut di atas ada pula beberapa kerajaan lain yaitu kerajaan-kerajaan yang pada mulanya berada di bawah kekuasaan kerajaan Rumbati, tetapi kemudian berhasil memperoleh pengakuan sebagai kerajaan tersendiri terutama pada masa awai pax neerlandica (1898).
1.
Kerajaan Patipi,
2.
Kerajaan Sekar,
3.
Kerajaan Wertuar dan
4.
Kerajaan
Arguni.
Seperti halnya Kerajaan Sekar, informasi ataupun data lengkap dari
kerajaan ini sulit ditemukan.
3. Pengaruh Islam pada
Masa Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Salawati dan Kerajaan Sailolof.
Pengaruh
Agama Islam Dalam Kehidupan Potret suasana keagamaan di daerah Papua sangat
unik, karena di satu sisi agama Islam telah merupakan ”agama resmi” bagi
kerajaan-kerajaan di kepulauan Raja Ampat, Semenanjung Onin dan di daerah
Kowiai (Kaimana). Hal ini ditandai dengan raja dan keluarganya telah memeluk
agama Islam, serta adanya institusi resmi yang berkaitan pengaturan kehidupan
masyarakat. Pengaruh raja umumnya sangat besar dalam membantu tersebarnya Islam
di daerah ini. Akan tetapi di sisi lain tampak pengamalan ajaran Islam sebagian
penduduk Papua masih kurang mendalam sehingga terjadi keadaan yang
kontradiktif. Diterimanya Islam sebagai agama dan jalan hidup masyarakat Papua,
maka pranata-pranata kehidupan sosial budaya memperoleh warna baru. Keadaan ini
terjadi karena penerimaan mereka kepada Islam sebagai agama, tidak terlalu
banyak mengubah nilai-nilai, kaidah-kaidah kemasyarakatan dan kebudayaan yang
telah ada sebelumnya. Apa yang dibawa oleh Islam pada mulanya datangnya,
hanyalah urusan-uruasan ‘ubudiyah (ibadat) dan tidak mengubah lembaga-lembaga
dalam kehidupan masyarakat yang ada. Islam mengisi sesuatu dari aspek kultural
mereka, karena sasaran utama dari pada penyebaran awal Islam hanya tertuju
kepada soal iman dan kebenaran tauhid.
B. TEORI MASUKNYA ISLAM DI
PAPUA
1. Teori
Papua
Teori ini merupakan pandangan adat dan
legenda yang melekat di sebagaian rakyat asli Papua, khususnya yang berdiam di
wilayah Fakfak, Kaimana, Manokwari dan Raja Ampat (Sorong). Teori ini memandang
Islam bukanlah berasal dari luar Papua dan bukan di bawa dan disebarkan oleh
Kerajaan Ternate dan Tidore atau pedagang Muslim dan da’I dari Arab, Sumatera,
Jawa, maupun Sulawesi. Namun Islam berasal dari Papua itu sendiri sejak pulau
Papua diciptakan oleh Allah Swt. mereka juga mengatakan bahwa agama Islam telah
terdapat di Papua bersamaan dengan adanya pulau Papua sendiri, dan mereka
meyakini kisah bahwa dahulu tempat turunya Nabi Adam dan Hawa berada di daratan
Papua.
2. Teori
Aceh
Studi sejarah masukanya Islam di Fakfak
yang dibentuk oleh pemerintah kabupaten Fakfak pada tahun 2006, menyimpulkan
bahwa Islam datang pada tanggal 8 Agustus 1360 M, yang ditandai dengan hadirnya
mubaligh Abdul Ghafar asal Aceh di Fatagar Lama, kampong Rumbati Fakfak.
Penetapan tanggal awal masuknya Islam tersebut berdasarkan tradisi lisan yang
disampaikan oleh putra bungsu Raja Rumbati XVI (Muhamad Sidik Bauw) dan Raja
Rumbati XVII (H. Ismail Samali Bauw), mubaligh Abdul Ghafar berdakwah selama 14
tahun (1360-1374 M) di Rumbati dan sekitarnya, kemudian ia wafat dan di
makamkan di belakang masjid kampong Rumbati pada tahun 1374 M.
3. Teori
Arab
Menurut sejarah lisan Fakfak,
bahwa agama Islam mulai diperkenalkan di tanah Papua, yaitu pertamakali di
Wilayah jazirah onin (Patimunin-Fakfak) oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz
al-Qathan dengan gelar Syekh Jubah Biru dari negeri Arab, yang di perkirakan
terjadi pada abad pertengahan abad XVI, sesuai bukti adanya Masjid Tunasgain
yang berumur sekitat 400 tahun atau di bangun sekitar tahun 1587. Selain dari
sejarah lisan tadi, dilihat dalam catatan hasil Rumusan Seminar Sejarah
Masuknya Islam dan Perkembanganya di Papua, yang dilaksanakan di Fakfak tanggal
23 Juni 1997, dirumuskan bahwa :
a.
Islam
dibawa oleh sultan abdul qadir pada sekitar tahun 1500-an (abad XVI), dan
diterima oleh masyarakat di pesisir pantai selatan Papua (Fakfak, Sorong dan
sekitarnya)
b.
Agama
Islam datang ke Papua dibawa oleh orang Arab (Mekkah).
4. Teori Jawa
Berdasarkan catatan keluarga Abdullah
Arfan pada tanggal 15 Juni 1946, menceritakan bahwa orang Papua yang pertama
masuk Islam adalah Kalawen yang kemudian menikah dengan siti hawa farouk yakni
seorang mublighat asal Cirebon. Kalawen setelah masuk Islam berganti nama
menjadi Bayajid, diperkirakan peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1600. Jika
dilihat dari silsilah keluarga tersebut, maka Kalawen merupakan nenek moyang
dari keluarga Arfan yang pertama masuk Islam.
5. Teori
Banda
Menurut Halwany Michrob bahwa Islamisasi
di Papua, khusunya di Fakfak dikembagkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui
banda yang diteruskan ke fakfak melalui seram timur oleh seorang pedagang dari
Arab bernama haweten attamimi yang telah lama menetap di ambon. Microb juga
mengatakan bahwa cara atau proses Islamisasi yang pernah dilakuka oleh dua
orang mubaligh dari banda yang bernama salahuddin dan jainun, yaitu proses
pengIslamanya dilakukan dengan cara khitanan, tetapi dibawah ancaman penduduk
setempat yaitu jika orang yang disunat mati, kedua mubaligh tadi akan dibunuh,
namun akhirnya mereka berhasil dalam khitanan tersebut kemudian penduduk
setempat berduyun-duyun masuk agama Islam.
6. Teori
Bacan
Kesultanan bacan dimasa sultan mohammad
al-bakir lewat piagam kesiratan yang dicanangkan oleh peletak dasar mamlakatul
mulukiyah atau moloku kie raha (empat kerajaan Maluku: ternate, tidore, bacan,
dan jailolo) lewat walinya ja’far as-shadiq (1250 M), melalui keturunannya
keseluruh penjuru negeri menyebarkan syiar Islam ke Sulawesi, philipina,
Kalimantan, nusa tenggara, Jawa dan Papua.
Menurut Arnold, raja bacan yang pertama
masuk Islam bernama zainal abiding yang memerintah tahun 1521 M, telah
menguasai suku-suku di Papua serta pulau-pulau disebelah barat lautnya, seperti
waigeo, misool, waigama dan salawati. Kemudian sultan bacan meluaskan
kekuasaannya sampai ke semenanjung onin fakfak, di barat laut Papua pada tahun
1606 M, melalui pengaruhnya dan para pedagang muslim maka para pemuka
masyarakat pulau – pulau tadi memeluk agama Islam. Meskipun masyarakat
pedalaman masih tetap menganut animisme, tetapi rakyat pesisir menganut agama
Islam.
Dari sumber – sumber tertulis maupun lisan
serta bukti – bukti peninggalan nama – nama tempat dan keturunan raja bacan
yang menjadi raja – raja Islam di kepulauan raja ampat. Maka diduga kuat bahwa
yang pertama menyebarkan Islam di Papua adalah kesultanan bacan sekitar
pertengahan abad XV. Dan kemudian pada abad XVI barulah terbentuk kerajaan – kerajaan
kecil di kepulauan raja ampat itu.
7. Teori
Maluku Utara (Ternate-Tidore)
Dalam sebuah catatan sejarah kesultanan
Tidore yang menyebutkan bahwa pada tahun 1443 M Sultan Ibnu Mansur ( Sultan
Tidore X atau sultan Papua I ) memimpin ekspedisi ke daratan tanah besar (
Papua ). Setelah tiba di wilayah pulau Misool, raja ampat, maka sultan ibnu
Mansur mengangkat Kaicil Patrawar putra sultan Bacan dengan gelar Komalo
Gurabesi ( Kapita Gurabesi ). Kapita Gurabesi kemudian di kawinkan dengan putri
sultan Ibnu Mansur bernama Boki Tayyibah. Kemudian berdiri empat kerajaan
dikepulauan Raja Ampat tersebut adalah kerajaan Salawati, kerajaan
Misool/kerajaan Sailolof, kerajaan Batanta dan kerajaan Waigeo. Dari Arab,
Aceh, Jawa, Bugis, Makasar, Buton, Banda, Seram, Goram, dan lain – lain.
Di peluknya Islam oleh masyarakat Papua
terutama didaerah pesisir barat pada abad pertengahan XV tidak lepas dari
pengaruh kerajaan – kerajaan Islam di Maluku ( Bacan, Ternate dan Tidore ) yang
semakin kuat dan sekaligus kawasan tersebut merupakan jalur perdagangan rempah
– rempah ( silk road ) di dunia. Sebagaimana ditulis sumber – sumber barat, Tomé Pires
yang pernah mengunjungi nusantara antara tahun 1512-1515 M. dan Antonio Pegafetta yang
tiba di tidore pada tahun 1521 M. mengatakan bahwa Islam telah berada di Maluku
dan raja yang pertama masuk Islam 50 tahun yang lalu, berarti antara tahun
1460-1465. Berita tersebut sejalan pula dengan berita Antonio Galvao yang
pernah menjadi kepala orang – orang Portugis di Ternate (1540-1545 M).
mengatakan bahwa Islam telah masuk di daerah Maluku dimulai 80 atau 90 tahun
yang lalu.
Proses masuknya Islam ke Indonesia tidak
dilakukan dengan kekerasan atau kekuatan militer. Penyebaran Islam tersebut
dilakukan secara damai dan berangsur-angsur melalui beberapa jalur, diantaranya
jalur perdagangan, perkawinan, pendirian lembaga pendidikan pesantren dan lain
sebagainya, akan tetapi jalur yang paling utama dalam proses Islamisasi di
nusantara ini melalui jalur perdagangan, dan pada akhirnya melalui jalur damai
perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengah masyarakat Papua.
Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas hanya di sekitar kota-kota
pelabuhan. Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar
pengaruhnya di tempat-tempat baru itu.
Bukti-bukti peninggalan sejarah mengenai
agama Islam yang ada di pulau Papua ini, sebagai berikut:
a.
Terdapat
living monument yang berupa makanan Islam yang dikenal dimasa lampau yang masih
bertahan sampai hari ini di daerah Papua kuno di desa Saonek, Lapintol, dan Beo
di distrik Waigeo.
b.
Tradisi
lisan masih tetap terjaga sampai hari ini yang berupa cerita dari mulut ke
mulut tentang kehadiran Islam di Bumi Cendrawasih.
c.
Naskah-naskah
dari masa Raja Ampat dan teks kuno lainnya yang berada di beberapa masjid kuno.
d.
Di
Fakfak, Papua Barat dapat ditemukan delapan manuskrip kuno brhuruf Arab. Lima
manuskrip berbentuk kitab dengan ukuran yang berbeda-beda, yang terbesar
berukuran kurang lebih 50 x 40 cm, yang berupa mushaf Al Quran yang ditulis
dengan tulisan tangan di atas kulit kayu dan dirangkai menjadi kitab. Sedangkan
keempat kitab lainnya, yang salah satunya bersampul kulit rusa, merupakan kitab
hadits, ilmu tauhid, dan kumpulan doa. Kelima kitab tersebut diyakini masuk
pada tahun 1214 dibawa oleh Syekh Iskandarsyah dari kerajaan Samudra Pasai yang datang
menyertai ekspedisi kerajaannya ke wilayah timur. Mereka masuk melalui Mes,
ibukota Teluk Patipi saat itu. Sedangkan ketiga kitab lainnya ditulis di atas
daun koba-koba, Pohon khas Papua yang mulai langka saat ini. Tulisan tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang terbuat dari bambu. Sekilas bentuknya
mirip dengan manuskrip yang ditulis di atas daun lontar yang banyak dijumpai di
wilayah Indonesia Timur.
e.
Masjid
Patimburak yang didirikan di tepi teluk Kokas, distrik Kokas, Fakfak yang
dibangun oleh Raja Wertuer I yang memiliki nama kecil Semempe.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengaruh Islam terhadap penduduk Papua dalam
hal kehidupan sosial budaya memperoleh warna baru, Islam mengisi suatu aspek
kultural mereka, karena sasaran pertama Islam hanya tertuju kepada soal
keimanan dan kebenaran tauhid saja, oleh karena itu pada masa dahulu
perkembangan Islam sangatlah lamban selain dikarenakan pada saat itu tidak ada
generasi penerus untuk terus mengeksiskan Islam di pulau Papua, dan merekapun
tidak memiliki wadah yang bisa menampungnya. Selain itu para raja di Maluku,
Fak-fak dan Kaimana masih membatasi peredaran agama Islam karena jangkauan saat
itu masih susah dicapai
B. SARAN
Kami sebagai penyusun sangat yakin,
walaupun Islam merupakan agama minoritas di Papua, namun kehadiran Islam di
Papua tetap memiliki sejarah. Harapan adanya situs yang memuat secara lengkap
tentang sejarah kerajaan-kerajaan Islam di Papua sangat penting khususnya dalam
hal mempelajari sejarah kerajaan Islam di Nusantara.
2 komentar:
keuntungan dari kerajaan islam di papua apa saja
Kesultanan di Papua yang paling besar yang mana antara 4 Kesultanan itu?
Posting Komentar